Sejarah Perkembangan Ilmu Naghom Al-Qur’an ( Seni Baca Al-Qur’an )
Mei 2, 2009
Menurut Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisanul ‘Arab jus 19 halaman 376, bahwa dari segi sejarahnya asal mula lagu Al-Qur’an ada dua pendapat.
Pendapat yang pertama
mengatakan bahwa lagu Al-Qur’an itu bersal dari nyanyian budak-budak
kafir yang tertawan ketika perang melawan kaum Muslimin.
Pendapat kedua
mengatakan bahwa lagu Al-Qur’an itu berasal dari nyanyian nenek moyang
bangsa Arab. Selanjutnya nyanyian bangsa Arab tersebut digunakan untuk
melagukan Al-Qur’an. Sampai di sini terjadi kekaburan tentang siapa yang
yang memindahkan nyanyian tersebut kapada melagukan Al-Qur’an. Dengan
demikian terdapat dua persoalan dalam sejarah lagu Al-Qur’an. Pertama
adalah tentang asal mula lagu Al-Qur’an, dan yang kedua tentang orang
pertama yang memindahkan nyanyian itu menjadi lagu Al-Qur’an.
Kalau memang betul
bahwa lagu Al-Qur’an itu berasal dari nyanyian, maka tentu dapat
dirumuskan. Hal ini diakui kebenarannya oleh sebagian besar para musisi,
tetapi tidak semua lagu dapat dirumuskan ke dalam not balok, termasuk
lagu-lagu Al-Qur’an. Hal ini disebabakan karena dalam lagu Al-Qur’an
terlalu banyak pecahan suaranya.
Muchsin Alatas
misalnya, beliau mengatakan bahwa not balok tidak dapat membantu dengan
sempurna untuk mempelajari lagu-lagu Al-Qur’an, karena lagu-lagu
Al-Qur’an mengandung perasaan yang sangat dalam.. Begitu juga dengan
Anis Shahab, salah satu vokalis group musik gambus La Tansa juga
mengatakan hal yang sama.
Sedangkan menurut KH.
Mukhtar Luthfi Al-Anshori, mengatakan bahwa lagu-lagu Al-Qur’an tidak
dapat dirumuskan ke dalam not balok karena lagu-lagu Al-Qur’an bersumber
pada perasaan dan dibantu oleh alat musik biola (penataran Dewan Hakim
MTQ DKI 1981).
Rosulullah Muhammad SAW adlah seorang Qori’
yang mampu mendengungkan suaranya tatkala membaca Al-Qur’an. Suatu
ketika Beliau pernah mendengungkan suaranya dengan lagu dan irama yang
sangat memukau kasyarakat ketika itu. Abdullah bin Mughaffal
menggambarkan suaranya menggelegar, bergelombang, dan berirama sangat
indah sehingga unta yang dinaikinya terperanjat (salah satu ayat yang
dibaca adalah surat Al-Fath).
Di kalangan para
sahabat ada juga Qori’ kenamaan kesayangan Rosulullah SAW, yaitu
Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa Al-Asy’ary. Hal ini dapat dibuktikan
dengan sabda Beliau :
Abdullah bin Mas’ud
berkata, Rosulullah SAW bersabda : “Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku”,
lalu Ibnu Mas’ud menjawab,”Apakah saya juga harus membacakan, sedangkan
Al-Qur’an itu diturunkan kepadamu?”,Rosulullah menjawab, “Ya”, Lalu aku
(Abdullah bin Mas’ud) membaca surat An-Nisa’ , sehingga setelah selesai
pada ayat fakaifa idza ji’na min kulli bisyahidin wa ji’na bika ‘ala
haa’ulaai syahiida Beliau berkata “Cukup,sampai disini saja”. Kemudian
saya menoleh kepadanya, tiba-tiba matanya bercucuran air mata.
Dan sabda Beliau :
Dari Abi Nusa, dari
Ayahnya berkata, pada suatu ketika Rosulullah SAW berkata kepada Abu
Musa, “Wahai Abu Musa, semalam aku telah mendengarkan bacaan
Al-Qur’anmu”, kemudian aku (Abu Musa) menjawab : “Demi Allah andaikata
aku tahu bahwa engkau mendengarkan bacaan Al-Qur’an itu, niscaya akan
aku bagyskan lagi bacaan Al-Qur’anku.” Imam muslim yang meriwayatkan
dari Tholhah menambahkan “Sesungguhnya engkau telah di anugerahi sulin
(suara yang bagus) dari keluarga Nabi Daud AS.
Beberapa hadits diatas
menunjukkan bahwa betapa indahnya pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an,
baik dari segi lagu maupun artinya. Begitu juga terhadap kedua sahabat
yang begitu bagus bacaannya.
Hal yang demikian ini
menunjukkan bahwa sejak zaman Nabi SAW dan sahabat, membaca Al-Qur’an
dengan lagu yang merdu sudah ada dan bahkan dianjurkan oleh Nabi. Pada
masa Tabi’in banyak juga Qori’-qori’ yang mampu
memukau ummat pada masa itu. Namun sampai periode ini masih kabur
tentang nama-nama lagu-lagu yang didengungkan pada saat itu. Kekaburan
itu tetap menjadi tantangan sampai saat ini. Di antara Tabi’in yang termasuk Qori’ adalah Umar bin ‘Azis. Hal ini dikatakan oleh Ibnu Musayyab dalam kitab Al-Ghoyah Wan Nihayah. Selain itu ada Safir Al-Alusi (314 H), dia terkenal sebagai Qori’ yang cerdas dan dermawan.
Adapun Qori’-qori’ dari kalangan Tabi’it tabi’in, antara lain Abdullah bin Ali bin Abdillah Al-Baghdadi. Ditegaskan oleh Ibnu Jauziq, bahwa ia termasuk Qori’ yang tidak ada tandingannya pada masa itu, baik suara maupun lagunya.
Selain itu ada pula
Kholid bin Utsman bin Abd Rohman (715 H0. Dikatakan oleh Sahlawi bahwa
dia termasuk Qori’ yang tiada tandingannya ketika melagukannya diatas
panggung. Selain itu ada Qori’ yang tidak kalah hebatnya apabila dibandingkan dengan para Qori’ tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar